Candi Cangkuang sebuah candi peninggalan pada masa Hindu di mana di tengah candi terdapat sebuah arca Syiwa dengan tinggi 62 cm yang sedang duduk bersila. Kampung Pulo Desa Cangkuang Kecamatan Leles Kabupaten Garut di mana candi ini berada. Candi Cangkuang merupakan candi pertama dan satu-satunya candi Hindu yang ditemukan di tatar Sunda. Di sebelah Candi Cangkuang terdapat makam Dalem Arief Muhammad makam leluhur penduduk Desa Cangkuang yang masih terawat dengan baik, letaknya kira-kira 3 meter di sebelah utara candi tersebut.
Desa cangkuang berada di tengah-tengah empat gunung yang mengelilinginya, seperti Gunung Haruman,Gunung Kaledong, Gunung Mandalawangi, dan Gunung Guntur yang seolah memagari wilayah tersebut. Candi ini terletak di tengah danau kecil sehingga para wisatawan dapat mencapai lokasi ini dengan menggunakan rakit yang tersedia dan siap mengantar Anda. Di lokasi cagar budaya ini juga terdapat serpihan pisau serta batu-batu besar yang diperkirakan sebagai peninggalan jaman megalitikum. Candi ini ditemukan berdasarkan laporan Vorderman dalam buku yang berjudul Notulen Bataviaasch Genotschap yang diterbitkan pada tahun 1893. Berdasarkan laporan tersebut, kemudian dilakukan penelitian oleh tim peneliti Harsoyo dan Uka Tjandrasasmita.
Tim peneliti berhasil menemukan reruntuhan sebuah bangunan candi, makam kuno Arief Muhammad, Arca Syiwa, sepihan pisau dan batu-batu besar. Setelah penemuan tersebut, kemudian dilakukan pemugaran dan para tim ahli memperkirakan Candi Cangkuang didirikan sekitar abad ke-8. Hal ini didasarkan pada tingkat kelapukan batuan dan kesederhanaan bentuknya.
Bagi para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini akan memperoleh bukti peninggalan sejarah pada masa Hindu dan Islam. Namun, para pengunjung tidak bisa masuk ke dalam ruangan candi Hindu ini. Selain Candi dan Makam Arief Muhammad, di lokasi ini terdapat sebuah perkampungan tradisional yang masih memegang teguh adat. Penduduk yang tinggal di Kampung Pulo merupakan keturunan Arief Muhammad dan hanya dihuni enam kepala keluarga saja, tidak boleh lebih atau kurang.
Belum ada tanggapan untuk "Sejarah Cangkuang"
Posting Komentar