Berkunjung ke Makam Arief Muhammad di Desa Cangkuang Kecamatan Leles Kabupaten Garut. Wisata sejarah ke sebuah kabupaten di wilayah Jawa Barat ini masih berada dalam areal Cangkuang. Sebetulnya letaknya tidak terlalu jauh dari pusat Kota Garut, sehingga Cangkuang rasanya cukup terjangkau dan masuk agenda
paket wisata Garut. Jika Anda mendapat kesempatan untuk singgah di Kota Garut, sebaiknya jangan sia-siakan untuk berkunjung ke Desa Cangkuang. Di tempat ini terdapat situs sejarah Candi Cangkuang peninggalan pada masa Hindu yang letaknya bersebelahan dengan Makam Arief Muhammad yang diyakini sebagai leluhur penduduk Desa Cangkuang, sebuah perkampungan adat Kampung Pulo yang merupakan tempat tinggal keturunan Arief Muhammad, serta Situ Cangkuang yang mengelilingi tiga pulau yang indah.
Waktu menuju Kota Dodol, Garut, jantung terasa berdebar kencang, teringat pengalaman ketika terakhir kali berkunjung ke kota sejuk ini. Kendaraan yang membawa Kami melaju dengan kecepatan yang sedang, suara deru mesin mobil bertabuh dengan debaran jantung yang merindukan kota yang menyimpan kenangan perjalanan wisata yang mengesankan. Ternyata, keadaan sudah jauh berubah dari terakhir kali menginjakkan kaki di Kota Garut. Kami beserta rombongan berencana menginap di villa yang berada tidak jauh dari Desa Cangkuang. Menikmati susana alam pedesaan yang berhawa sejuk dengan pemandangan pegunungan yang berderet seolah memagari desa tersebut.
Makam Arief Muhammad sering dikunjungi peziarah yang datang dari berbagai tempat, terutama pada bulan Maulud. Para pengunjung harus menyeberangi Situ Cangkuang dengan menggunakan rakit yang tersedia di tempat tersebut, menyeberangi situ yang tenang dan memancing membawa suasana hati menjadi riang.
Arief Muhammad singgah ke Desa Cangkuang bersama pasukannya sebelum menyerang VOC di Batavia, kemudian menyebarkan Agama Islam secara damai di daerah tersebut. Bersama penduduk setempat, beliau membendung daerah ini sehingga terbentuklah sebuah danau yang diberi nama Situ Cangkuang dan bukit-bukit yang kemudian menjadi pulau-pulau. Bukti-bukti penyebaran Agama Islam dilakukan pada abad XVII di Desa Cangkuang antara lain: naskah khotbah Jumat yang terbuat dari kulit kambing, kitab suci Al'Quran yang terbuat dari kulit kayu (saih), kitab ilmu Fiqih yang terbuat dari kulit kayu, dan makam Arief Muhammad yang berada di sebelah selatan Candi Cangkuang. Para penduduk Cangkuang perlahan-lahan masuk Agama Islam walaupun sebagian masih menjalankan kebiasaan lama mereka yang sudah lebih dahulu mereka yakini, seperti Hari Rabu menjadi hari besar bagi mereka.
Belum ada tanggapan untuk "Makam Arief Muhammad"
Posting Komentar